Senin, 26 November 2012

sayang nya orang tua kepada anak

Puluhan Wali Murid SMK Grafika Tak Mau Pulang Hingga Anaknya Bebas


 
Jakarta - Hingga pagi ini, wali murid dari siswa SMK Grafika yang ditahan karena membajak bus masih bertahan di Mapolres Jakarta Selatan. Mereka akan terus bertahan hingga anak-anaknya dibebaskan.

"Kami akan tetap bertahan disini hingga anak kami bebas," ucap salah seorang wali murid SMK Grafika Lebak Bulus, Budi, saat dihubungi detikcom, Selasa (27/11/2012) pukul 06.10 WIB.

Budi mengaku lelah karena sudah sejak Kamis (22/11) selalu menunggu anaknya di Mapolres Jakarta Selatan. Namun demi memperjuangkan kebebasan anak, dia tidak menghiraukan kondisi badannya tersebut.

"Lelah, tapi alhamdulillah masih cukup sehat. Bagaimanapun ini demi anak," tambah Budi.

Menurut informasi yang diterima Budi, pagi ini Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno, akan hadir di Mapolres Jakarta Selatan pukul 06.00 WIB. Namun hingga saat ini beliau belum hadir. Ia berharap, dengan kehadiran Kapolda kebebasan anaknya segera terwujud.

Puluhan wali murid ini sudah berada di Mapolres Jaksel sejak tadi malam. Mereka menginap di Mapolres Jaksel untuk bertemu dengan kapolres agar dapat membebaskan anak-anak mereka.

Sebelumnya polisi menahan 35 siswa SMK Grafika yang terlibat dalam pembajakan bus P54 jurusan Depok-Grogol untuk menyerang STM Bunda Kandung. Akibat pembajakan bus itu, para siswa terancam hukuman penjara.

"Hukumannya pasal 368 KUHP yaitu perampasan dengan ancaman hukuman 9 tahun dan pasal 170 ayat 1 tentang perusakan barang secara bersama-sama ancaman 5 tahun penjara," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKPB Hermawan



Takut Dipindah ke Rutan Salemba, Wali Murid Siswa SMK Grafika Pingsan


Jakarta - Puluhan wali murid siswa SMK Grafika yang ditahan karena membajak bus masih bertahan di Mapolres Jakarta Selatan hingga lewat dini hari ini. Diantara mereka sempat pingsan karena histeris, khawatir anaknya dipindah ke Rutan Salemba.

"Iya sempat pingsan, nyesek katanya mau dibawa ke Rutan Salemba. Seharian tadi kami tidak boleh ketemu, katanya bisa ketemu pukul 19.00 WIB, ternyata nggak bisa. Kita disuruh tunggu dibawah," ujar Titi, salah satu wali murid SMK Grafika Lebak Bulus saat ditemui di Mapolres Jaksel, Jl Wijaya, Jaksel, Selasa (27/11/2012) dini hari.

Titi mengatakan dirinya selalu menjenguk anaknya setiap malam sejak ditahan pada Kamis (21/11). Hari ini dia sudah menunggu sejak pukul 10.00 WIB untuk bisa bertemu anaknya namun gagal.

"Tiap hari disini sejak malam Jumat. Saya selalu sampai malam hingga pukul 24.00 WIB," tutur warga Pondok Labu ini.

Malam ini, Titi akan menginap bersama puluhan wali murid lainnya. Dia khawatir anaknya dipindahkan ke Rutan Salemba malam ini.

"Iya nginap, sampai besok. Takutnya dibawa diam-diam ke Salemba. Kalaupun tidak dibawa saya tetap ingin disini sampai anak saya bisa pulang," ungkapnya.

Titi menuturkan terakhir menjenguk, anaknya tampak lebih kurus dari sebelumnya. Anaknya juga tidak banyak bicara dan hanya banyak menangis saja.

"Kurusan karena tertekan. Mereka 33 orang jadi satu sel, yang dua orang dipisah, karena katanya terbukti membawa senjata tajam," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Menurut Titi, anaknya hanya ikut-ikutan dalam aksi pembajakan tersebut. Jika nanti bertemu kapolres, dia meminta agar anaknya dibebaskan dan tidak dibawa ke Rutan Salemba.

"Kami minta anak-anak kami dipulangkan. Jangan dibawa ke Salemba, jangan ditahan," pinta ibu tiga anak ini.

Titi mengaku sempat melakukan aksi demo didepan Mapolres Jaksel bersama wali murid lainnya. Hal itu dilakukan sekitar pukul 21.00 WIB.

"Intinya kami minta anak kami dikeluarkan, jangan ditahan," tutupnya.

Sementara itu Heri, wali murid lainnya mengatakan sebelumnya ada sekitar lima wali murid yang pingsan. Mereka pingsan karena histeris mendengar informasi bahwa anak-anaknya akan di pindahkan ke Rutan Salemba malam ini.

"Ada orang tua pingsan benar, mereka histeris karena kabarnya anak-anak mau dikirm ke Salemba. Ada sekitar 5 orang, kebanyakan ibu-ibu histeris," ungkapnya.

Heri menjelaskan para wali murid dan pihak sekolah sudah sepakat untuk mendidik anaknya lebih baik lagi. "Dari pihak sekolah sudah ada jaminan untuk membantu perbaiki akhlak anak. Mereka akan kerjasama dengan orang tua," tuturnya.

Pantauan detikcom wali murid tersebut kini berkumpul di pelataran Masjid Nuur Abuwizar Mapolres Jakarta Selatan. Puluhan wali murid tersebut ada yang membawa koran untuk tidur di pelataran tersebut. Sebagian dari mereka ada yang pulang, sebagian lagi dari mereka ada juga yang baru datang. Wali murid yang menginap ini di dominasi oleh orang tua laki-laki dibandingkan orang tua perempuan.


Minta Anaknya Dipulangkan, Wali Murid SMK Grafika Nginap di Mapolres Jaksel


Jakarta - Puluhan wali murid siswa SMK Grafika yang ditahan karena membajak bus masih bertahan di Mapolres Jakarta Selatan hingga lewat dini hari ini. Mereka akan menginap di Mapolres Jaksel untuk dapat bertemu dengan kapolres.

"Hari ini kita mau sampai pagi disini, mau ketemu Kapolres katanya sampe sini pukul 06.00 WIB," ujar salah satu wali murid, Heri.

Hal itu dikatakan di Mapolres Jakarta Selatan di Jl Wijaya, Jakarta Selatan, Senin (26/12/2012) dini hari.

Heri mengatakan para wali murid tersebut akan meminta kepada kapolres agar membebaskan anak-anak mereka. Menurut Heri sebagian besar anak-anak yang ditahan itu hanya ikut-ikutan saja.

"Kami mau minta supaya anak kami cepat dipulangkan," imbuhnya.

Dari informasi yang diterima Heri, anak-anak yang ditahan tersebut dikenai pasal 170 dan 368 KUHP. Namun Heri merasa anak-anak tersebut tidak pantas dikenai pasal-pasal tersebut.

"Katannya dibilang pembajakan bus, sebenarnya bukan pembajakan, mereka ramai-ramai nyetop bus. Mereka memang naik diatas kap lebih dari 200 orang, mungkin pelanggarannya lalu lintas," jelasnya.

Heri memastikan para wali murid dan pihak sekolah sudah berdamai dengan pihak pengelola bus yang dibajak. Bahkan, kerugian materi akibat yang ditimbulkan sudah diganti.

"Sekarang kita sudah damai dengan pihak bus dan sudah ada penggantian materi juga," paparnya.�
Pantauan detikcom wali murid tersebut kini berkumpul di pelataran Masjid Nuur Abuwizar Mapolres Jakarta Selatan. Puluhan wali murid tersebut ada yang membawa koran untuk tidur di pelataran tersebut. Sebagian dari mereka ada yang pulang, sebagian lagi dari mereka ada juga yang baru datang. Wali murid yang menginap ini di dominasi oleh orang tua laki-laki dibandingkan orang tua perempuan.
(mpr/mpr) 

Puluhan Wali Murid Siswa SMK Grafika yang Bajak Bus Sambangi Polres Jaksel



Jakarta - Puluhan Wali murid siswa SMK Grafika yang ditahan karena membajak bus menyambangi Mapolres Jakarta Selatan. Mereka hendak bertemu kapolres untu meminta anak-anak mereka dibebaskan dari tahanan.

Pantauan detikcom, Senin (26/12/2012) dini hari ini puluhan wali murid itu berkumpul di pelataran Masjid Mapolres Jakarta Selatan di Jl Wijaya, Jakarta Selatan. Mereka berencana menjenguk anak-anak mereka namun gagal.

"Kami dari tanggal 21 November sering kesini. Mau ketemu sama anak-anak, tapi hari ini kami ngga bisa ketemu, katanya alasannya agar anak-anak istirahat," ujar salah satu wali murid, Heri.

Heri mengatakan sebagian besar anak-anak tersebut mengaku hanya ikut-ikutan saat hendak naik bus. Heri yakin anak-anak tidak bermaksud untuk membajak bus patas P54 jurusan Depok-Grogol, pada Rabu (21/11).

"Katanya mereka cuma ikut-ikutan. Tujuannya ziarah ke seniornya yang meninggal tahun 2006," ungkapnya.

Sebelumnya polisi menahan 35 siswa SMK Grafika yang terlibat dalam pembajakan bus P54 jurusan Depok-Grogol untuk menyerang STM Bunda Kandung. Akibat pembajakan bus itu, para siswa terancam hukuman penjara.

"Hukumannya pasal 368 KUHP yaitu perampasan dengan ancaman hukuman 9 tahun dan pasal 170 ayat 1 tentang perusakan barang secara bersama-sama ancaman 5 tahun penjara," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKPB Hermawan, Kamis (22/11).

 

 

 

Cegah tawuran pelajar, Ahok diberi masukan guru se-Jakarta



Cegah tawuran pelajar, Ahok diberi masukan guru se-Jakarta















Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Retno Listyarti diminta Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk memberikan masukan seputar anggaran pendidikan daerah dan masalah-masalah krusial terkait tawuran antar sekolah.

"Kami diminta untuk memberikan kritikan, masukan soal anggaran. Yang memberikan masukan tiga elemen, kami, terus aliansi guru, dan ICW," kata Retno di Balai Kota, Jakarta, Senin (19/11).

Retno menegaskan, dia mengapresiasi positif langkah-langkah Ahok untuk meminta pendapat daripada orang di lapangan seperti dirinya. Ada empat hal yang harus disampaikannya kepada Ahok agar dunia pendidikan di Jakarta menjadi lebih baik.

"Kami sebagai orang di lapangan yang lebih tahu, ada 4 hal yang kami sampaikan. Antara lain akses, kualitas, soal tawuran, dan soal sarana prasana harus sesuai dengan kebutuhan sekolah," jelas Retno.

Dia menceritakan, menurut Ahok ada dua program yang bakal dijadikan evaluasi untuk ditindaklanjuti mengatasi dan meminimalisir tawuran antar pelajar.

"Pertama, sekolah yang belum pernah tawuran harus ada upaya pencegahan. Kedua yang sering terlibat tawuran seperti untuk SMA 6 dan SMA 70 ada pembedaan penerimaan siswa. SMA 6 hanya menerima perempuan saja dan SMA 70 hanya menerima siswa laki-laki saja," papar Retno.

Kemudian adanya treatment yang melibatkan kontribusi sekolah, guru dan alumni. Retno mengatakan, akan adanya rolling guru-guru di sekolah untuk memutuskan rantai agar siswa tidak tawuran.

"Ada cara lain ketiga yakni mensosialisasi undang-undang perlindungan anak. Guru tak boleh melakukan kekerasan dan kami minta kepala sekolah dan guru untuk mensosialisasikan hal ini," papar Retno.

Menurutnya, tidak sedikit guru-guru yang tidak tahu akan undang-undang perlindungan anak. Misalnya di Depok siswa mau dijual nggak tahu.
Maka dari itu, dirinya juga membawa data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) soal kekerasan yang dilakukan di sekolah-sekolah.

Retno mengaku tidak ada anggaran untuk mengatasi kekerasan di sekolah-sekolah. Padahal, anggaran pendidikan lebih dari 20 persen dari APBD jakarta.

"Lebih 20 persen, rehab aja Rp 90 triliun dan ini tak wajar. Padahal kemajuan pendidikan tak hanya rehab tetapi kapasitas dan kualitas semuanya, termasuk kualitas guru," jelasnya.

"Kami mempelajari dua Minggu, angka demi angka saya kasih ke Pak Basuki. Sekolah MH Thamrin biaya operasional Rp 6,5 milliar, cleaning servis saja Rp 3,3 miliar, ini untuk APBD tahun 2013. Kami tidak mengusulkan uang tapi kegiatan-kegiatan antar sekolah," pungkasnya.